Rabu, 23 November 2016

Mendampingi anak autis

Ada berbagai cara yang dapat ditempuh agar orang tua dapat mendampingi si kecil yang hidup dengan autisme secara lebih baik.

Tidak mudah menjadi orang tua dari anak yang hidup dengan autisme. Namun dengan pemahaman dan pembelajaran yang baik, orang tua dan anak dengan autisme dapat sama-sama berkembang dan hidup secara lebih baik.

Pelajari Lebih Dalam
Pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik memperkirakan ada sekitar 2,4 juta penyandang autisme di Indonesia. Autisme adalah gangguan perkembangan yang bersifat kompleks dan berawal pada masa kanak-kanak. Kondisi ini memengaruhi perilaku dan kemampuan anak dalam berkomunikasi, baik lisan maupun non-lisan, serta cara anak bersosialisasi. Sasaran utama penanganan autisme adalah untuk meningkatkan kemampuan anak secara menyeluruh.
Sangat penting bagi orang tua untuk mengumpulkan, mempelajari, dan terus memperbaharui semua informasi tentang autisme. Hal ini dikarenakan gejala dan sifat autisme selalu berubah dari waktu ke waktu. Perubahan ini membuat penanganannya pun perlu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing penyandang autisme.

Tanyakan kepada dokter tentang penanganan terbaik untuk merawat anak Anda. Sebuah program perawatan yang baik seharusnya dirancang untuk membantu orang tua untuk mampu meningkatkan kemampuan sosial, adaptasi, komunikasi, tingkah laku, dan pembelajaran si anak sesuai kebutuhannya.

Cermat Memilih Terapi
Tiap anak, termasuk anak autis adalah unik. Tidak ada pengobatan yang pasti mendatangkan manfaat sama jika diterapkan pada semua anak. Berbagai metode pengobatan, bahkan yang sudah menyebar dari mulut ke mulut atau disiarkan di media, belum tentu tepat bagi setiap anak. Anda perlu mewaspadai apakah pengobatan yang ditawarkan akan mendatangkan perubahan yang drastis atau bahkan didasari pada teori serta penelitian yang lemah. Bentuk-bentuk terapi yang pada umumnya ditawarkan antara lain:
Terapi wicara

Sebagian besar anak dengan autisme mengalami kesulitan berbicara. Pada kasus lain, mereka bisa berbicara, tapi tidak mampu berinteraksi atau berkomunikasi secara normal dengan orang lain. Di sinilah pentingnya peranan terapi wicara.

Terapi okupasi

Terapi okupasi digunakan untuk memperbaiki perkembangan motorik halus pada anak dengan autis yang memang banyak mengalami keterlambatan.

Terapi perilaku

Umumnya anak-anak dengan autis merasa sangat sensitif terhadap cahaya, suara, dan sentuhan. Ahli terapi akan membantu menemukan latar belakang perilaku tersebut untuk kemudian memberikan solusi secara spesifik.

Terapi pendidikan

Program ini melibatkan tim pakar yang menerapkan beragam aktivitas yang meningkatkan kemampuan komunikasi, sosial, dan tingkah lakunya.  Umumnya anak-anak dengan autisme dapat berkembang dengan program pendidikan yang terarah dan terstruktur dengan baik.

Bekerjasama dengan Anggota Keluarga
Anak dengan autis bukan berarti tidak perlu diikutsertakan ke dalam aktivitas sehari-hari keluarganya. Malah sebaliknya, sangat penting mengajak keluarga untuk membiasakan diri berinteraksi dengannya. Selain bermanfaat untuk perkembangan si anak, situasi saling mendukung berperan penting agar Anda, sebagai ayah atau ibu, tidak merasa sendiri.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat dikembangkan di rumah bersama anggota keluarga:

Hindari memaksa anak bicara. Anak dengan autisme sering kali tidak mampu mengomunikasikan kebutuhannya melalui bahasa verbal, namun bisa melalui gerak tubuh, menunjuk benda, atau bahasa isyarat. Misalnya ketika akan berjalan-jalan, Anda bisa menunjukkan gambar mobil.
Jauhkan anak dari contoh perilaku kasar. Anak dengan autisme cenderung meniru perilaku dan kata-kata orang di sekitarnya.
Buatlah jadwal kegiatan yang dapat diikuti anak secara rutin untuk membiasakannya beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain secara terstruktur.
Biarkan dia tetap memiliki kesempatan untuk meluangkan waktu menyendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar