Kamis, 12 Januari 2017

Mengatasi trauma anak

5 Langkah Dahsyat Mengatasi Trauma Pada Anak
Semua orang baik muda atau tua bahkan anak kecil dapat mengalami trauma. Namun, anak-anak lebih rentan mengalami trauma, karena secara psikologis anak-anak belum siap menghadapi suatu peristiwa seperti orang dewasa. Banyak faktor yang menyebabkan trauma pada anak. Mulai dari terus menerus diejek teman sebaya, pertengkaran orangtua, mengalami kekerasan rumah tangga,  pelecehan seksual dan sebagainya.

Trauma adalah emosi ekstrem atau gangguan stres yang timbul karena adanya kejadian yang luar biasa dan membuat anak mengalami tekanan. Reaksi jangka pendek yang biasa terjadi pada seseorang yang mengalami trauma adalah shock dan penolakan. Sedangkan reaksi jangka panjang pada penderita trauma meliputi emosi yang tak terduga. Misalnya selalu teringat kejadian yang terjadi pada masa lalu, hubungan yang tegang, bahkan gejala-gejala fisik, seperti pusing dan mual.

Trauma fisik adalah trauma yang mengakibatkan luka fisik, misalnya kecelakaan, pukulan, dan lain-lain. Sedangkan trauma psikologis disebabkan kejadian yang melukai batin dan melibatkan perasaan atau emosi. Misalnya sering dibanding-bandingkan, sering dicaci maki dan dilabeli, perceraian, kekerasan seksual, dan lain-lain.

Meskipun keduanya memiliki potensi dampak yang sama, tetapi trauma psikologis membekas lebih dalam dan berdampak lebih buruk. Penyebabnya bisa bermacam-macam mulai dari kekerasan, kehilangan atau perpisahan, ketidakadilan, eksploitasi, dan sebagainya. Namun, trauma yang kerap berdampak negatif bagi masa depan seseorang adalah trauma yang disebabkan oleh kejadian yang sangat memukul dalam lingkungan keluarga seperti perceraian, kematian, atau kekerasan dalam rumah tangga, apalagi jika berlangsung terus menerus dalam waktu lama.

Bahkan trauma dapat berdampak buruk pada perkembangan otak anak, yang akan meningkatkan kewaspadaan yang berlebihan, agresif, hiperaktivitas, impulsivitas, dan sulit berkonsentrasi. Semua itu akan berdampak buruk terhadap pencapaian keterampilan, prestasi akademik, integrasi sosial, pemecahan masalah dan kesehatan mental umumnya dan akan menjadi penghalang langkah seorang anak menuju masa depan yang baik.

Secara umum gejala trauma pada anak dapat dikenali dari perubahan tingkah laku, misalnya tiba-tiba menjadi pendiam, murung, tidak berdaya dan mudah takut. Sementara secara fisik misalnya sering mengeluh pusing, muntah-muntah, sakit perut dan nafsu makan menurun. Gejala lainnya, anak tiba-tiba jadi mudah menangis tanpa sebab, tidak bisa tidur atau tidur dengan gelisah, tidak mau ditinggal sebentar, dan terlalu peka terhadap suara keras.

Karena trauma pada anak tidak mudah dikenali, untuk mengatasi trauma pada anak diperlukan terjaganya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak merasa enggan atau takut untuk berbagi pengalaman buruk dengan orang tuanya. Anak-anak juga harus dijauhkan dari situasi yang terlalu menakutkan baginya. Jika anak mengalami trauma berat, berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi trauma pada anak:
1. Berikan rasa aman
Untuk mengatasi trauma anak, langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah dengan memberikan perasaan aman dan nyaman. Rasa aman dan nyaman mucul dengan memberikannya pelukan, memberikan kehangatan, dan yakinkan anak bahwa semua akan baik-baik saja. Terciptanya rasa aman membuat anak tidak merasa kecemasan yang berlebihan.
2. Biarkan anak menangis
Pada saat anak kaget atau merasa terancam, reaksi yang pertama ditimbulkan adalah menangis. Menangis merupakan cara anak untuk menyalurkan emosinya untuk menenangkan gejolak hatinya. Oleh karena itu membiarkan anak menangis untuk beberapa saat sangat dianjurkan agar emosinya berkurang dan perasaan hatinya lebih tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar